Senin, 08 Februari 2010

PENDOPO

Gambar disamping ini namanya pendopo. Letaknya di bagian depan rumah. Menurut beberapa referensi yang saya baca, pendopo ini biasanya difungsikan sebagai ruang tamu, tapi di Dalem Nomporejo seinget saya nggak pernah buat nerima tamu. Simbah kakung & putri (sebutan kakek & nenek dalam bahasa Jawa) dan keluarga lebih suka menerima tamu di pringgitan atau nggandok.

Oke, kembali ke pendopo yaaaa….

Pendopo ini bentuknya seperti panggung dengan tangga di bagian depan dan belakang (bukan samping). Hmmm… bukan panggung dengan kolong ya, tapi panggung yang solid terbangun dari susunan batu bata di kanan kirinya dan urukan tanah didalamnya, ini kata ibu saya. Pendopo di Dalem Nomporejo tingginya kurang lebih setinggi lutut orang dewasa. Kebayang kan seberapa tingginya?

Saat ini, pendopo di Dalem merupakan bangunan terbuka di seluruh sisinya. Dulu waktu saya masih kecil (SD sd SMP), pendopo ini ditutup gedhek (dinding terbuat dari anyaman bambu) di ke empat sisinya. Maklum, saat itu pendopo kami difungsikan sebagai tempat menyimpan padi yang barusan di panen dari sawah. Jadi di pendopo ini bertumpuklah karung-karung padi segar yang masih berkulit, namanya gabah. Tau kan?

Nah, karena sekarang para padi itu sudah disimpan dalam gudang, jadinya pendopo ini menjadi bagian rumah yang cantik. Pendopo ini disokong dengan cagak (tiang), atau bahasa Jawanya adalah soko. Soko ini terdiri dari 4 buah kayu halus dan di bagian dibawahnya terdapat ompak (batu hitam) untuk memasukkan soko tepat ke bagian tangahnya. Fungsinya biar bisa berdiri tegak dan kuat menyokong atap pendopo.

Pendopo di Dalem Nomporejo dipakai untuk acara mulai dari acara adat, agama sampai kesenian. Misalnya kenduren (kenduri dalam bahasa Indonesia), dikiran (tahlil dalam bahasa Indonesia), juga acara-acara pengajian dan selamatan. Kalau ada acara-acara tertentu biasanya bapak menggelar wayang kulit, ketoprak atau pentas seni seperti gamelan di pendopo ini. Oya, bapak saya penggemar kesenian Jawa, terutama wayang kulit. Nah, saking cintanya, sampai-sampai setiap kali anaknya wisuda, pastilah bapak nanggap wayang semalam suntuk. Pokoknya, buat bapak, selalu ada alas an buat nanggap wayang. Hehehehehe….

Masih tentang pendopo, dulu simbah kakung (kakek) pernah cerita, pendopo ini dulu jaman Belanda dipakai untuk rumah sakit darurat. Jadi para korban perang yang luka dan butuh bantuan dibawa kesini. Mungkin karena letaknya jauh masuk desa jadinya aman buat merawat para korban perang. Hmmm…lumayan juga pendopoku ini ternyata :)

Waktu saya dan adik-adik masih kecil, kami biasa main sepeda muter-muter ditas pendopo. Kayaknya jaman dulu tuh pendopo keliatan gedeeee banget! Ya sekarang juga masih gede sich, tapi beda aja keliatannya. Oya, ada cerita serunya tuh tentang pendopo dan soko yang menyangganya. Kono katanya, kalau kita tidur di pendopo dan kaki kita ditumpangkan di ompak bagian Tenggara (Lor Wetan kalau kata simbah saya), maka begitu bangun kita sudah berada di tempat lain, ada yang di kebon, di latar, atau di kamar mandi. Mungkin ini pelajaran supaya kita sopan dan hormat ya. Nggak percaya? Ya dateng ajaaaaaa…….

Selesai dulu cerita saya. Nah, untuk melengkapi, saya ambilkan cerita tentang pendopo dari blog nya Ibu Dwi Retno, tampaknya beliau seorang arsitek atau antropolog. Ini dia catatannya:

(http://ww3.yuwie.com/blog/entry.asp?id=931082&eid=595839)

Pendopo berasal dari kata pa-andhap-an (andhap = rendah), pendopo merupakan bagian rumah yang berlantai rendah dan terbuka (tanpa dinding). Menurut Ismunandar (1986) pendopo berfungsi sebagai tempat pertemuan atau ruang tamu dan menurut Frick (1997) pendopo berfungsi sebagai tempat berkumpul orang banyak dan menerima tamu. Ruang ini bersifat terbuka dan suasana yang tercermin adalah akrab, cocok dengan fungsinya sebagai bagian penerimaan. Pendopo dapat dilihat langsung dari halaman luar, pendopo juga merupakan zona publik yang siapa saja boleh berada di ruangan ini baik orang luar, maupun orang lain yang dikenal oleh pemilik rumah (Ronald: 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar